[Pengakuan] Saya Gagal Menjual Ide Bisnis
Akhir tahun 2012, saya menemukan 'sesuatu' ketika asyik menjelajahi koleksi Google. Saya melihat sebuah jalan bisnis yang (mungkin) menarik untuk ditapaki, lumayan banyak target konsumennya, tetapi sedikit pemainnya karena cara produksi yang sedikit ribet.
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli nama domain (Creation Date: 10-oct-2012) yang sesuai dengan bisnis tersebut. Kebetulan nama domain itu belum diregister orang karena (mungkin) mereka berpikiran susah menjalani bisnisnya.
Ketika saya ceritakan ide bisnis ini, seorang teman, Om W, ternyata tertarik. Pertanyaannya tetap sama yaitu : Siapa yang menjadi team produksi? Bagaimana pola kerjanya?
Jujur, saya belum ada gambaran apapun tentang bisnis ini karena seumur hidup belum pernah bekerja ataupun ikut bantu-bantu di dunia tersebut sehingga tidak mempunyai pengalaman yang bisa dipamerkan. Saya hanya merasa yakin bahwa bisnis ini cocok sebagai sumber penghasilan minimal untuk 5 - 10 tahun ke depan sebelum ditemukan teknologi baru yang akan menggeser keberadaannya.
Saya dan Om W sepakat untuk bekerjasama dan segera berburu mitra bisnis yang mengisi posisi team produksi. Mengunjungi beberapa tempat usaha sejenis (serupa tapi tak sama dengan rencana bisnis kami), mengamati proses kerja, dan melakukan wawancara informal adalah menu rutin kami. Sampai akhirnya kami menemukan Om HI
Saat itu kebetulan isteri sedang merintis usaha di bidang kuliner yang buka mulai pagi jam 09.00 sd maghrib. Setelah maghrib, saya mempunyai ruang kerja dan ruang meeting yang lumayan luas sehingga kami bertiga sepakat untuk meeting sekaligus acara perkenalan di warung milik isteri.
Kami bertiga berdiskusi soal peluang bisnis, target konsumen, prospek ke depan, dan lain-lain sampai akhirnya berakhir pada 1 masalah klasik untuk pemula yaitu ,'DARIMANA KITA MENDAPATKAN MODAL (UANG) UNTUK MEMBUKA BISNIS?'
Soal uang ini cukup memusingkan karena kami cuma punya semangat, kemampuan dalam bidang masing-masing, rasa percaya diri (yang berlebihan) dan keinginan untuk maju.
Saya katakan, 'OK. Saya akan mencari investor yang mau membiayai rencana bisnis kita. Sementara ini, kita jalankan dulu web dengan domain yang sudah saya beli'
Saya datangi beberapa orang yang saya pikir mempunyai cukup uang nganggur dengan penawaran :
Yah, itu kesalahan saya karena terlalu percaya diri nekad terjun ke dunia usaha yang asing.
Saya hitung ulang kebutuhan dan perkiraan pendapatan lalu kembali menjual proposal penawaran dengan sedikit perubahan :
Kenapa saya memerlukan modal awal Rp. 100 juta?
Om W menawarkan bisnis baru ini menumpang di rumahnya dan bisa menggunakan fasilitas yang ada di rumahnya. Sementara ongkos operasional , gaji team dan lain-lain dihitung NOL. Nanti setelah usaha bisa menghasilkan uang akan dihitung biaya-biaya, operasional ditanggung 'perusahaan' dan team inti mendapatkan gaji (uang lelah?).
Tetapi, semua ongkos operasional lapangan dan gaji karyawan produksi tetap dibayarkan sesuai kesepakatan. Kami memakai tenaga freelance yang dibayar per project.
Mungkin kami bertiga sudah GILA sehingga kami tetap menjalani rencana bisnis dengan modal 1 web dengan nama domain khusus sesuai bidang usaha tersebut. Kami sudah cukup GILA untuk bekerja tanpa dibayar tetapi kewajiban pembayaran pada pihak ke-3 tetap dibayar lunas sebelum keringatnya mengering. Kami terlalu GILA karena percaya diri bahwa bidang usaha ini cukup unik, menarik dengan pasar konsumen lumayan besar.
Kami harus cepat belajar info produk dan teknik berjualan untuk mendapatkan konsumen.
Tuhan Maha Kaya, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang!
Saya percaya dan sudah membuktikan karena di bulan pertama kami mendapatkan klien besar. Tuhan memberikan rejeki pada umatNya yang mau bekerja keras dan berdoa mohon dibukakan pintu rejeki.
Kami mendapat keuntungan lumayan sehingga kami bisa membayar lunas semua kewajiban pada pihak ketiga. Sisa keuntungan digunakan untuk berinvestasi membeli alat-alat produksi dan 1 domain name baru (Creation Date: 22-nov-2012).
Saya lupa di bukan ke berapa ada tambahan ORANG GILA yang mau kerja tanpa dibayar di team kami yaitu Om HA. Dia masuk dengan semangat kerja yang besar, ide-ide segar dan keahlian khususnya sehingga menambah senjata bagi perusahaan. Kini perusahaan digawangi 4 orang dengan pembagian tugas dan bidang kerja sebagai berikut :
Kami tetap tidak mendapatkan gaji dari perusahaan tersebut.
Saya berstatus pembantu isteri di warung makannya. Om W sudah punya bisnis sendiri. Om HI tetap bekerja di kantornya yang lama. Om HA masih bekerja di tempat lain. Bisnis kami diikerjakan sambilan, meeting diadakan malam hari setelah pekerjaan utama selesai.
Hal ini berlangsung selama 5 bulan sampai akhirnya kas perusahaan sudah terisi dan Om HI memutuskan resign untuk fokus di bisnis ini. Disusul Om HA yang resign. Bulan ke-6 kami berempat merasakan gaji pertama dari perusahaan startup bermodalkan nekad. Sesuatu yang membanggakan adalah kami tidak mempunyai hutang pada pihak lain tetapi ada sedikit kas perusahaan dan kami mempunyai tagihan belum terbayar di beberapa klien.
Kami mulai melakukan rekrutmen terutama di bagian produksi sambil membenahi sistem administrasi keuangan. Perlahan tapi pasti mulai terbentuk wujud perusahaan kecil sesuai mimpi kami.
Kini, kami belumlah besar tetapi kami bangga bisa hidup dengan mendapatkan gaji sesuai kemampuan kas dari perusahaan ini yang porsi sahamnya dibagi rata pada 4 ORANG GILA Kami sudah mempunyai tempat usaha sendiri dan team kerja berstatus karyawan tetap
Kami tidak tahu bagaimana nasib kami seandainya dulu ada INVESTOR GILA yang mau membiayai mimpi ORANG GILA. Tuhan selalu penuh rahasia
Pengalaman saya dan beberapa teman seperjuangan sudah membuktikan bahwa BISNIS TIDAK PERLU MODAL BESAR. Perusahaan startup yang kami dirikan adalah ANTI TEORI karena modal kami hanya BISMILLAH, SEMANGAT, JARINGAN RELASI, KERJA KERAS. Modal awal yang keluar hanya membeli 1 DOMAIN NAME dan HOSTING yang dibayarkan per tahun.
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli nama domain (Creation Date: 10-oct-2012) yang sesuai dengan bisnis tersebut. Kebetulan nama domain itu belum diregister orang karena (mungkin) mereka berpikiran susah menjalani bisnisnya.
Ketika saya ceritakan ide bisnis ini, seorang teman, Om W, ternyata tertarik. Pertanyaannya tetap sama yaitu : Siapa yang menjadi team produksi? Bagaimana pola kerjanya?
Jujur, saya belum ada gambaran apapun tentang bisnis ini karena seumur hidup belum pernah bekerja ataupun ikut bantu-bantu di dunia tersebut sehingga tidak mempunyai pengalaman yang bisa dipamerkan. Saya hanya merasa yakin bahwa bisnis ini cocok sebagai sumber penghasilan minimal untuk 5 - 10 tahun ke depan sebelum ditemukan teknologi baru yang akan menggeser keberadaannya.
Saya dan Om W sepakat untuk bekerjasama dan segera berburu mitra bisnis yang mengisi posisi team produksi. Mengunjungi beberapa tempat usaha sejenis (serupa tapi tak sama dengan rencana bisnis kami), mengamati proses kerja, dan melakukan wawancara informal adalah menu rutin kami. Sampai akhirnya kami menemukan Om HI
Saat itu kebetulan isteri sedang merintis usaha di bidang kuliner yang buka mulai pagi jam 09.00 sd maghrib. Setelah maghrib, saya mempunyai ruang kerja dan ruang meeting yang lumayan luas sehingga kami bertiga sepakat untuk meeting sekaligus acara perkenalan di warung milik isteri.
Kami bertiga berdiskusi soal peluang bisnis, target konsumen, prospek ke depan, dan lain-lain sampai akhirnya berakhir pada 1 masalah klasik untuk pemula yaitu ,'DARIMANA KITA MENDAPATKAN MODAL (UANG) UNTUK MEMBUKA BISNIS?'
Soal uang ini cukup memusingkan karena kami cuma punya semangat, kemampuan dalam bidang masing-masing, rasa percaya diri (yang berlebihan) dan keinginan untuk maju.
Saya katakan, 'OK. Saya akan mencari investor yang mau membiayai rencana bisnis kita. Sementara ini, kita jalankan dulu web dengan domain yang sudah saya beli'
Saya datangi beberapa orang yang saya pikir mempunyai cukup uang nganggur dengan penawaran :
Saya perlu uang Rp. 100 juta untuk mewujudkan ide bisnis. Kita bentuk badan usaha dengan pembagian 40% saham untuk investor dan 60% saham untuk pengelola. Team kerja ada 3 orang (termasuk saya) sehingga nanti masing-masing pengelola mempunyai bagian saham 20%Saya tawarkan ke beberapa orang dan hasilnya ... Saya Gagal Menjual Ide Bisnis!
- TIDAK ADA ORANG YANG MAU MENJADI INVESTOR UNTUK SEBUAH IDE BISNIS YANG BELUM JELAS MASA DEPANNYA.
- TIDAK ADA ORANG YANG MAU MENJADI INVESTOR UNTUK SEBUAH IDE BISNIS YANG CUMA BERDASARKAN PROYEKSI HITUNGAN KOSONG KARENA BISNISNYA BELUM BERJALAN HANYA BERMODALKAN TEORI DARI RISET ASAL-ASALAN
- TIDAK ADA ORANG YANG MAU MENJADI INVESTOR UNTUK SEBUAH IDE BISNIS YANG PENGELOLANYA TIDAK BERPENGALAMAN DI BISNIS YANG AKAN DIJALANKAN
- Dan lain-lain ...
Yah, itu kesalahan saya karena terlalu percaya diri nekad terjun ke dunia usaha yang asing.
Saya hitung ulang kebutuhan dan perkiraan pendapatan lalu kembali menjual proposal penawaran dengan sedikit perubahan :
Saya perlu uang Rp. 100 juta untuk mewujudkan ide bisnis. Saya berikan waktu 2 tahun untuk membangun bisnis ini. Jika bisnis ini berjalan baik nanti Kita bentuk badan usaha dengan pembagian 40% saham untuk investor dan 60% saham untuk pengelola. Team kerja ada 3 orang (termasuk saya) sehingga nanti masing-masing pengelola mempunyai bagian saham 20%. Tetapi jika bisnis ini gagal maka setelah 2 tahun saya akan mengangsur uang Rp. 100 juta tersebut dengan penambahan keuntungan bagi investor sesuai bunga bank. Uang Rp. 100 juta akan dianggap sebagai deposito yang saya pinjam untuk membangun bisnisKEMBALI ... ... Saya Gagal Menjual Ide Bisnis!
Kenapa saya memerlukan modal awal Rp. 100 juta?
Perhitungan kasar, kami bertiga mendapatkan gaji UMR dan pembiayaan lain-lain. Asumsi awal, uang tersebut bisa bertahan selama 1 tahun. Kalau selama 1 tahun alias 12 bulan alias 365 hari ternyata kami tidak bisa mencari konsumen dan menjual produk maka kami tidak cocok di bisnis ini dan sebaiknya mencari bidang usaha yang lain.Akhirnya saya menyerah dan berkata pada team bahwa saya telah gagal meyakinkan orang untuk membiayai bisnis tersebut. Terserah pada team apakah mau melanjutkan 'mimpi indah' atau stop sampai disini.
Om W menawarkan bisnis baru ini menumpang di rumahnya dan bisa menggunakan fasilitas yang ada di rumahnya. Sementara ongkos operasional , gaji team dan lain-lain dihitung NOL. Nanti setelah usaha bisa menghasilkan uang akan dihitung biaya-biaya, operasional ditanggung 'perusahaan' dan team inti mendapatkan gaji (uang lelah?).
Tetapi, semua ongkos operasional lapangan dan gaji karyawan produksi tetap dibayarkan sesuai kesepakatan. Kami memakai tenaga freelance yang dibayar per project.
Mungkin kami bertiga sudah GILA sehingga kami tetap menjalani rencana bisnis dengan modal 1 web dengan nama domain khusus sesuai bidang usaha tersebut. Kami sudah cukup GILA untuk bekerja tanpa dibayar tetapi kewajiban pembayaran pada pihak ke-3 tetap dibayar lunas sebelum keringatnya mengering. Kami terlalu GILA karena percaya diri bahwa bidang usaha ini cukup unik, menarik dengan pasar konsumen lumayan besar.
Kami harus cepat belajar info produk dan teknik berjualan untuk mendapatkan konsumen.
Tuhan Maha Kaya, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang!
Saya percaya dan sudah membuktikan karena di bulan pertama kami mendapatkan klien besar. Tuhan memberikan rejeki pada umatNya yang mau bekerja keras dan berdoa mohon dibukakan pintu rejeki.
Kami mendapat keuntungan lumayan sehingga kami bisa membayar lunas semua kewajiban pada pihak ketiga. Sisa keuntungan digunakan untuk berinvestasi membeli alat-alat produksi dan 1 domain name baru (Creation Date: 22-nov-2012).
Saya lupa di bukan ke berapa ada tambahan ORANG GILA yang mau kerja tanpa dibayar di team kami yaitu Om HA. Dia masuk dengan semangat kerja yang besar, ide-ide segar dan keahlian khususnya sehingga menambah senjata bagi perusahaan. Kini perusahaan digawangi 4 orang dengan pembagian tugas dan bidang kerja sebagai berikut :
- Om W menangani administrasi keuangan
- Om HI menangani kreatif design dan produksi
- Om HA menangani operasional lapangan
- Saya menangani marketing pemasaran
Kami tetap tidak mendapatkan gaji dari perusahaan tersebut.
Saya berstatus pembantu isteri di warung makannya. Om W sudah punya bisnis sendiri. Om HI tetap bekerja di kantornya yang lama. Om HA masih bekerja di tempat lain. Bisnis kami diikerjakan sambilan, meeting diadakan malam hari setelah pekerjaan utama selesai.
Hal ini berlangsung selama 5 bulan sampai akhirnya kas perusahaan sudah terisi dan Om HI memutuskan resign untuk fokus di bisnis ini. Disusul Om HA yang resign. Bulan ke-6 kami berempat merasakan gaji pertama dari perusahaan startup bermodalkan nekad. Sesuatu yang membanggakan adalah kami tidak mempunyai hutang pada pihak lain tetapi ada sedikit kas perusahaan dan kami mempunyai tagihan belum terbayar di beberapa klien.
Kami mulai melakukan rekrutmen terutama di bagian produksi sambil membenahi sistem administrasi keuangan. Perlahan tapi pasti mulai terbentuk wujud perusahaan kecil sesuai mimpi kami.
Kini, kami belumlah besar tetapi kami bangga bisa hidup dengan mendapatkan gaji sesuai kemampuan kas dari perusahaan ini yang porsi sahamnya dibagi rata pada 4 ORANG GILA Kami sudah mempunyai tempat usaha sendiri dan team kerja berstatus karyawan tetap
Kami tidak tahu bagaimana nasib kami seandainya dulu ada INVESTOR GILA yang mau membiayai mimpi ORANG GILA. Tuhan selalu penuh rahasia
Pengalaman saya dan beberapa teman seperjuangan sudah membuktikan bahwa BISNIS TIDAK PERLU MODAL BESAR. Perusahaan startup yang kami dirikan adalah ANTI TEORI karena modal kami hanya BISMILLAH, SEMANGAT, JARINGAN RELASI, KERJA KERAS. Modal awal yang keluar hanya membeli 1 DOMAIN NAME dan HOSTING yang dibayarkan per tahun.
Baca : Modal Usaha untuk UKM
Bagitu sedikit curhat dan pengakuan bahwa Saya Gagal Menjual Ide Bisnis
0 comments:
Post a Comment