Kenangan Terindah di Saat Terakhir

SEMUA MAKHLUK PASTI MATI.

QS. Al-'Anbya' [21] : 35
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.


Takdir manusia dan mahluk bernyawa lain adalah Cepat atau lambat akan mengalami kematian. Kita tidak pernah tau bagaimana, dimana dan kapan kita akan bertemu dengan maut. Ada banyak kemungkinan yang menyebabkan manusia mengalami mati sesuai takdirNya.

Kita tentu berharap bisa meninggalkan kenangan terindah pada orang-orang tercinta. Kita tentu tidak ingin mereka mengalami kesedihan dan terus dibayangi oleh perasaan hancur ketika mereka terpaksa harus menyaksikan proses kematian kita, apapun caranya.

Saat ini, perkembangan internet khususnya media sosial memungkinkan siapa saja dan kapan saja bisa memberitakan peristiwa yang dilihatnya. Seringkali kita menyaksikan beberapa kejadian yang menyedihkan seperti proses kematian lewat gambar, foto dan tayangan video yang dibagikan oleh akun-akun sosial media. Kejadian bencana alam, kecelakaan, kriminalitas dan lain-lain yang membawa korban meninggal berseliweran di media sosial dan meramaikan konten internet.

Korban meninggal dan berdarah-darah disajikan lewat dunia maya menembus batas ruang privasi kita.

Banyak alasan kenapa seseorang suka dan sering menyebarkan gambar, foto serta video para korban. Mungkin, mereka ingin menunjukkan simpati, kepedulian dan perhatiannya pada si korban. Tetapi, maaf, bagi saya cara menampilkan kenangan terakhir untuk si korban sangat tidak etis dan bisa membawa kesedihan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sungguh, Saya ikut berduka cita pada semua korban pada peristiwa bencana alam, kecelakaan, kriminalitas dan lain-lain tetapi saya masih SADAR DIRI untuk tidak mengunggah foto2 korban untuk kehormatan mereka. Saya tidak tau, apa manfaatnya menampilkan foto/ video berdarah di socmed?

Untuk anda ketahui, tidak semua orang tegar melihat bersimbah darah. Ada banyak yang tidak tahan kuat melihat darah mengucur, bahkan hingga membuat kepala pusing. Sekitar 30 persen anak-anak takut melihat darah. Ketakutan ini pada akhirnya berlanjut hingga usia dewasa. Mungkin Saya termasuk orang yang merasa tidak nyaman ketika harus melihat foto dan video berdarah-darah karena banyak alasan pribadi.

Banyak orang yang sering berhubungan dengan kekerasan dan darah karena alasan pekerjaan. Saya menganggap hal tersebut wajar selama masih dalam koridor profesionalisme, tetapi ketika ada orang yang hobi melihat kekerasan dan darah bercucuran untuk kepuasan pribadi maka saya akan menganggap dia sebagai orang aneh.

Manurut Alan Manevitz, seorang psikiater di Weill Cornell Medical Center di New York, jika seseorang sering melihat darah atau memikirkan darah, maka semakin berkurang rasa jijik pada darah. Mungkin inilah jawaban kenapa beberapa orang tidak merasa jijik melihat darah, misalnya perasaan yang dialami oleh tukang jagal yang sering menyebelih hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).  Mereka kuat, berani dan tegar, disebabkan mungkin pekerjaan sehingga menjadi biasa dan kemudian menjadi terbiasa, sehingga perasaannya telah imun.

Kembali pada prilaku suka nge-share foto / video berdarah-darah dari Kejadian bencana alam, kecelakaan, kriminalitas dan lain-lain di media sosial dan meramaikan konten internet

Apakah anda merasa nyaman saat ada foto dan video berdarah di wall pribadi anda? Kalau saya sih TIDAK NYAMAN

Kita tentu berharap bisa meninggalkan kenangan terindah di saat terakhir pada orang-orang tercinta. Kita tentu tidak ingin mereka mengalami kesedihan dan terus dibayangi oleh perasaan hancur ketika mereka terpaksa harus menyaksikan proses kematian kita, apapun caranya.

Ketika ada anggota keluarga saya yang meninggal misalnya karena bencana atau kecelakaan, saya ingin mengenang mereka seperti saat mereka masih hidup. Seorang lelaki yang tampan dan gagah atau seorang perempuan yang cantik. Bukan kenangan terakhir saat mereka merintih kesakitan karena penderitaan berlumuran darah.

Bagaimana dengan anda?

0 comments:

Post a Comment