Kenapa Bicaramu Kasar, Saudaraku?

Kenaikan harga BBM sebesar Rp. 2.000/ liter membuat banyak orang menjadi resah, gelisah dan takut pada masa depannya. Harga kebutuhan pokok yang naik seolah menjadi momok menyeramkan yang mau atau tidak mau harus dihadapi. Sebagian orang melampiaskan kekesalan dan kemarahannya dengan mengumbar kata-kata kotor dan kasar. Mereka berhak melakukan itu walaupun tidak tepat sasaran.

Apakah kata celaan, makian, cemooh bisa merubah keadaan?

Hidup ini adalah perjuangan selama hayat masih di kandung badan. Hidup ini bukan untuk meraih dan menikmati kekayaan atau hidup pasrah dengan kemiskinan, hidup ini bukan hanya mencari makan dan minum, hidup ini punya arti yang lebih luas.

Cobaan selalu datang silih berganti. Ada yang jatuh terkapar untuk selamanya tetapi ada yang berusaha bangkit berdiri untuk perlahan menata hidup sesuai dengan kemampuannya.

Para pejuang tidak akan pernah lelah untuk mencoba melawan keadaan jaman. Mereka akan cepat beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungan. Mereka akan selalu mencoba, mencoba dan mencoba untuk melangkah lagi tanpa kenal lelas dan tidak berputus asa karena percaya pada Tuhan YME akan selalu memberikan hasil terbaik bagi umatNya yang mau bekerja dan berdoa

Badai pasti berlalu seiring perjalanan waktu.
Percayalah nanti akan terjadi seleksi alam (Natural Selection) yang memisahkan antara orang-orang yang hobi berkeluh kesah dan memaki lingkungan dengan orang-orang yang mau berjuang merubah keadaan.

Kenaikan harga BBM (mungkin) adalah krisis bagi kita karena nilai uang kita menjadi menurun sehingga kita terpaksa harus hidup berhemat dan berpikir mencari tambahan pemasukan untuk mengurangi defisit keuangan.

Apakah gonjang-ganjing harga BBM membuat kita jatuh miskin?
Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?”
Beliau menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.”
Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau tidak takut miskin?”
Beliau menjawab, “(Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”
Jika akibat kenaikan harga BBM membuat kita mengalami kebangkrutan, dan jatuh miskin, jangan terlalu lama bersedih. Segeralah bangkit, teruslah berikhtiar dan perkuat keyakinan. Hilang dan berkurangnya harta itu biasa, tapi janganlah hilang keyakinan bahwa Allah Maha Kaya yang akan memberikan rejekinya pada orang-orang yang percaya dan mau berusaha. Percayalah Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesempitan yang kita alami.
“Carilah apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” (HR. Muslim hadits no. 4816)
Kenapa Bicaramu Kasar, Saudaraku?

Apakah kenaikan harga BBM sudah membuatmu kecewa pada pilihanmu? Apakah kau beranggapan bahwa pemerintahan Jokowi-JK tidak lagi memihak kepentingan rakyat?

Harga BBM naik adalah masalah bagi semua pihak
Masalah bagi pemerintah yang harus menanggung beban anggaran dan masalah bagi rakyat karena tiba-tiba barang di pasar akan ganti harga akibat penyesuaian biaya transportasi dan produksi. BBM juga masalah bagi saya yang pasti akan mengalami kebutuhan uang belanja keluarga harus ikut disesuaikan agar standar minimal hidup bisa tetap bercukupi

Keputusan pemerintahan Jokowi-JK untuk menaikkan harga BBM tentu sudah dipikirkan untung dan ruginya secara matang. Kewajiban pemerintah untuk menjaga kondisi keuangan negara bisa cukup untuk membiayai operasional negara.

Walau keputusan pemerintah membuat kita merasa kecewa, sedih dan marah tetapi hal tersebut tidak lantas bisa menjadi alasan pembenaran bahwa kita boleh memaki, mengumpat dan menyalahkan orang lain.

Semua ucapan kotor dan kasar yang keluar mulut kita atau kita tuliskan di media sosial akan kembali pada diri kita. Orang yang mendengar omongan kita atau membaca tulisan kita akan memberikan penilaian pada sifat, perilaku dan pola berpikir kita. Kualitas kita sedang diuji, apakah kita akan lulus ujian kembali pada kita yang bisa mengelola keadaan.

Saya juga merasakan beban berat yang semakin menghimpit tetapi Insya Allah saya tidak akan mengeluh dan marah-marah yang tidak akan menyelesaikan masalah. Saya mempunyai kewajiban pada keluarga dan lingkungan untuk berpikiran positif sembari mencari solusi menghadapi dampak kenaikan harga BBM. Tidak ada waktu untuk berkeluh kesah dan menyalahkan keadaan. Enjoy aja!


Pelan atau lambat, seleksi alam pasti terjadi. Dimana posisi kita? Berdiri di barisan tukang curhat yang suka berkeluh kesah dan menyalahkan keadaan atau berdiri di barisan orang-orang yang berpikiran positif dan optimis memandang masa depan?

Hanyalah sebuah opini dari saya..
Cukup sekian & semoga bermanfaat.
Maaf jika ada kata atau kalimat yang kurang berkenan di hati

0 comments:

Post a Comment