Post-Power Syndrome


Post Power Syndrome,merupakan istilah dalam ilmu psikologi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini.

Gejala ini ditandai dengan munculnya gangguan emosional yang bersifat negatif, Kecemasan, rasa putus asa, ketakutan, kekhawatiran akan masa depan, dan lain sebagainya

Stres, depresi, tidak bahagia, merasa kehilangan harga diri dan kehormatan merupakan hal – hal yang sering dikeluhkan oleh penderita post-power syndrome.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome misalnya Pensiun dan PHK. Seseorang yang mendapatkan pensiun terkadang tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan atau instansi tempatnya bekerja.


Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.

Ciri-ciri kepribadian yang rentan terhadap post-power syndrome adalah mereka yang senang dihargai dan dihormati orang lain, gila jabatan, dan suka dilayani orang lain – atau biasa disebut orang yang memiliki need of power yang tinggi. Tetapi sebaliknya, orang-orang dengan kepercayaan diri yang kurang kuat, sehingga selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, dan merasa aman melalui jabatannya – saat memasuki masa pensiun pun rentan terkena post power syndrome.

Cara untuk menghindarkan diri dari post-power syndrome adalah:

  1. Pada saat melakukan suatu pekerjaan atau sebelum menjabat, perlu disadari bahwa segala sesuatu adalah karunia dari Tuhan termasuk kekusaan dan jabatan. 
  2. Kekuasaan itu tidak bersifat permanen sehingga harus mempersiapkan diri apabila suatu waktu kuasa itu lepas, pribadi yang siap akan menjadi pribadi yang lebih tahan dalam menghadapi krisis ini. 
  3. Sebaiknya selama memegang jabatan, tidak hanya memikirkan bagaimana cara untuk memertahankan kekuasaan, tetapi memikirkan bagaimana cara untuk melakukan kaderisasi / regenerasi. Penghargaan akan diberikan bukan karena kekuasaan yang dimiliki, tetapi karena telah melakukan suatu regenerasi yang baik. 
  4. Perlu selalu ditanamkan bahwa tujuan kekuasaan bukanlah agar kita dihargai oleh orang lain, tetapi supaya kita dapat berbuat lebih banyak bagi kesejahteraan orang lain.

Post-power syndrome bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah.

Sumber :

  • http://www.tanyadok.com/kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-pada-lansia
  • http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=article&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2


0 comments:

Post a Comment