Sepeda Baru dan Tas Sekolah Anak

Berbohong itu dosa. Mengingkari janji itu tidak baik. Sikap Plinplan membuat seseorang tidak dihargai orang lain. Apalagi kalau dilakukan oleh pemimpin kepada rakyatnya

Sungguh! Kalimat tersebut membuat saya termenung.

Seorang ayah adalah pemimpin dan kepala rumah tangga yang harus memberikan tauladan dan contoh yang baik yang bisa ditiru oleh anak dan isteri. Seorang ayah yang tukang bohong, sering mengingkari janji dan bersifat plinplan tentu membuat kadar penghormatan anak dan isteri bisa berkurang.

Seorang ayah wajib memberikan pendidikan karakter yang sebaiknya dilakukan dengan perbuatan. Satu kata dan perbuatan yang kompak.

Saya pernah mengalami hal yang membuat saya harus berbohong, mengingkari janji sehingga dicap plinplan.

Melihat anak mau belajar tekun sehingga mendapatkan nilai bagus menjadi kebanggan buat seorang ayah. Hasil evaluasi belajar yang tinggi apalagi kalau mendapatkan rangking di kelasnya adalah sebuah hadiah indah yang diberikan seorang anak kepada orang tua. Nilai bagus berarti anak bisa naik kelas dengan mudah.

Seringkali saya 'terpaksa' memberikan janji dan harapan pada anak agar mau rajin belajar. Saya pernah mengatakan, 'Kalau hasil ujianmu bagus dan naik kelas, nanti ayah belikan sepeda baru. Kita ke toko sepeda dan kamu boleh memilih sepeda baru type manapun yang kamu suka.'

Saya berjanji pada anak untuk memberikan hadiah sepeda baru. Hal ini memberikan harapan pada anak sehingga dia tertantang untuk belajar dan belajar karena membayangkan nanti bisa bermain dengan sepeda baru mengelilingi komplek perumahan bersama teman-teman. Anak akan bangga karena sepedanya tidak kalah keren dibandingkan sepeda teman sebayanya.

Manusia berencana tetapi Tuhan Yang Maha Berkehendak ternyata menentukan hal lain. Ketika masa penerimaan raport, si anak mendapat nilai bagus dan naik kelas. Artinya si anak berhak menuntut hadiah yang dijanjikan dan saya wajib memberikan hadiah sepeda baru.

Saya berada pada situasi sulit ketika kondisi keuangan terpuruk yang tidak memungkinkan untuk membeli sepeda baru karena bisnis lagi lesu. Saya berpikir  keras bagaimana cara melunasi janji yang sudah terucap tetapi selalu menemukan tembok penghalang untuk mencari uang membeli sepeda

Eh, kebetulan saya lihat tas sekolah anak sudah jelek dan sudah waktunya diganti. Saya mencoba merayu anak agar menunda sebentar keinginan menaiki sepeda baru dan menggantinya dengan tas sekolah yang bisa digunakan dalam proses belajar.

Saya lancarkan rayuan maut sehingga anak (terpaksa) menerima walaupun mungkin ada sedikit rasa kecewa karena saya berbohong , tidak menepati janji dan plinplan tidak bisa membuktikan omongan.

Mungkin anda yang membaca tulisan ini bisa memberikan jawaban atas pertanyaan saya, yaitu :
  • Apakah saya berdosa karena mengingkari janji pada anak?
  • Kalau saya nekad membelikan sepeda padahal tidak punya uang, apakah saya harus berhutang pada tetangga demi menyenangkan anak dan menepati janji? 
  • Lebih bermanfaat mana antara tas sekolah dengan sepeda?
Saya ingin belajar pendidikan karakter nih ...

Jangan sampai nanti saya dicap tidak menepati janji seperti pemerintahan Jokowi-JK yang di saat kampanye sudah berjanji tidak menaikkan harga BBM eh setelah menjabat ternyata harga BBM naik Rp 2.000/ liter. Walaupun mungkin ada alasan besar yang logis dan bisa dipertanggung-jawabkan, keputusan Strategis kenaikan harga BBM terus digoreng oleh berbagai pihak

0 comments:

Post a Comment